Rabu, 09 Desember 2009

TERGELINCIRNYA ADAM AS AKIBAT SYAHWAT KEKUASAAN & SYAHWAT KEABADIAN Tafsir al-Baqarah : 36 Part.1

TERGELINCIRNYA ADAM AS AKIBAT SYAHWAT KEKUASAAN & SYAHWAT KEABADIAN
Tafsir al-Baqarah : 36 Part.1

                     
Artinya: " Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
Pembangkangan Iblis terhadap kebijakan Allah swt (bersujud kepada Adam as) dengan mempermasalahkan status dirinya (tercipta dari api) dan senioritas dirinya (lebih lama menjadi hamba) berujung pada permintaan ditangguhkan hidupnya sampai akhir zaman dan menjanjikan seluruh keturunan Adam as akan disesatkan. Iblis menyatakan 'fabima aghwaitani la-aq'udanna lahum shirathaqal mustaqim' (karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus).
Janji menyesatkan manusia benar-benar dibuktikan, dengan keberhasilan Iblis menggoda Adam as sebagaimana diungkapkan ayat 36 diatas. Perseteruannya dengan Adam as yang sejak awal dicanangkan dan dideklarasikan sebagai missi utama dan satu-satunya itu, membuat Iblis mencurahkan segenap daya dan kemampuannya agar berhasil memperdayakan Adam as.
Disisi lain–untuk mengantisipasinya- Adam as telah diberi warning (peringatan) dari Allah swt bahwa Iblis senantiasa akan memperdayakannya dengan berbagai cara. Warning itu diberikannya melalui 'dilalah thabi'iyyah' (petunjuk fisikal) lewat fragmentsi dari sosok Iblis yang diperlihatkan kepada Adam as dari mulai pembangkangan terhadap perintah Tuhan, sikap takabbur yang ditunjukkan' sampai kepada pelecehan terhadap dirinya melalui ucapannya 'aasjudu liman khalaqta thina' (apakah patut aku bersujud pada makhluk yang tercipta dari tanah liat) yang semuanya mengindikasikan tak ada kebaikan pada diri Iblis. Tidak cukup melalui dilalah thabi'iyyah saja, tetapi Allah juga mengukuhkan warning-Nya melalui 'dilalah qauliyyah' (petunjuk verbal) lewat firman-Nya : 'inna hadza 'aduwun laka wa lizaujika fala yukhrijannakuma minal jannati fatasyqa' (sesungguhnya ini Iblis adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga yang menyebabkan kamu menjadi celaka).
Demikian kuat dan ketatnya antisipasi yang dilakukan Adam as, tetapi mengapa Adam as tergelincir juga? Cara apa yang dijadikan jurus dan sasaran apa yang ditembus, hingga Iblis dapat sukses menjalankan misi penyesatannya?
Tidak ditemukan penjelasan tentang cara yang ditempuh Iblis dalam menggoda. Al-Quran hanya menginfomasikan sasaran yang dimasukinya. Sasaran itu adalah kecenderungan hati Adam yang tersembunyi (syahwat) yaitu Adam menginginkan kekal (hidup selamanya) dan menikmati kekuasaan yang tak terbatas. Dengan kata lain Iblis masuk melalui pintu syahwat keabadian dan syahwat kekuasaan. Yang justru keduanya ini merupakan titik kelemahan Adam as. Salah satu riwayat menyebutkan; ketika Adam as dipersilahkan masuk surga dan mendapat takrimah (penghormatan) luar biasa serta kedudukan/ kekuasaan tak terhingga, ia memendam keinginan dalam hatinya dan berujar : 'lau anna khuldan kaana' (andaikan saja kehidupan dan kekuasaan di surga ini dapat aku nikmati selamanya). Iblis kemudian membaca peluang ini dan secara bertahap melakukan langkah-langkah berikut. Langkah pertama secara manipulatif, Iblis memberi informasi palsu kepada Adam as dengan menyampaikan :

             
(Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal dalam surga)
Iblis lewat informasinya itu menyatakan pada Adam as bahwa larangan mendekati pohon adalah rekayasa Tuhan supaya Adam as tidak kekal dan tidak berkuasa selamanya . Dimana menurut satu qiraat kata 'malakaini' bikasratillam sehingga dibaca 'malikaini' yang artinya 'menjadi raja dan ratu' alias penguasa. Qiraat ini diperkuat oleh pernyataan Iblis dalam ayat lain (surah Thaha : 12) yang berbunyi :

       
" Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Langkah berikutnya yang dilakukan Iblis adalah memperkuat informasi dustanya, dengan bersumpah bahwa ia adalah pemberi nasehat yang berlaku jujur, sebagaimana tertera dalam ayat 21 surah al-A'raf:

    •
" Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua"
Langkah itu terbukti mendatangkan kesuksesan. Sehingga Adam as lalai dan bersama istrinya melanggar perintah Tuhan. Hingga akhirnya mereka diturunkan dari surga dan lepaslah segala penghormatan dan fasilitas yang dimilikinya.
Tidak heran apabila anak cucu Adam as terutama mereka yang berlebihan dalam memandang kapasitas kekhalifahannya dan kurang menyadari kehambaannya, begitu mudah tergoda oleh syahwat keabadiaan dan kekuasaan. Agaknya keinginan hidup dan berkuasa terus, merupakan benih yang menyatu dan lahir bersama manusia. Semenjak baru lahir, manusia telah mengungkapkan keinginan hidup dan berkuasa lewat tangisan dan jeritan. Kemudian saat kecil terus menunjukkan keinginan berkuasanya, dengan senjatanya yang ampuh yaitu menangis. Lantas lambat laun meningkat dari sekedar menangis ke tindakan memukul-mukul atau bahkan merusak. Dan keadaan ini berlanjut terus hingga dewasa. Wajar apabila seorang staf (bawahan) –misalnya- yang tawadlu (rendah hati), sebenarnya memendam keinginan suatu saat bisa menjadi seperti pimpinanannya. Karena dimatanya pimpinan berpeluang hidup langgeng dan begitu berkuasa. Jika kemudian cita-cita sang staf kesampaian, apa yang terjadi ? Sang staf yang tawadlu tiba-tiba berubah. Karena sekarang dia adalah khalifah di lingkungan kerjanya. Dia berbuat sesuka hatinya bahkan mungkin dengan menghalalkan segala cara. Hingga ia lalai dan tidak menyadari kehambaannya. Karena yang terlihat hanyalah kehidupan dan kekuasaannya yang diingini kekal itu. Dia telah tergoda sebagaimana dulu Adam as bapaknya tergoda. Padahal mana ada kehidupan yang kekal? Mana ada kekuasaan tak berakhir? Allah mengingatkan : 'Kullu man 'alaiha faan' (semua yang ada di bumi itu akan binasa).
Maka jika kita sedang menikmati hidup dan membanggakan kekuasaan (sebesar atau sekecil apapun) kiranya patut mematrikan dalam hati pesan dari ungkapan syair ini :

واذا حملت الى القبور جنازة فاعلم بانك بعدها محمول
واذا وليت امور قوم ساعــــة فاعلم بانك بعدها معــزول

Jika suatu ketika engkau membawa keranda ke kubur, ingatlah setelah itu engkaupun akan dipikul.
Dan jika engkau diserahi kekuasaan atas kaum, ketahuilah suatu saat engkau akan diberhentikan juga,

Wallahu yahdi ila shirathim mustaqim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar