Islam dan Penghargaan Tradisi
Metode Ahlus Sunah Sebagai Solusi Beragama
Oleh : KH. Musthofa Aqiel *
Islam ketika ditelaah melalui perspektif sejarah maka akan nampak bahwa metode yang diterapkan dalam penyebarannya adalah mengutamakan arus pendekatan adaptasi, akulturasi bahkan pengadopsian tradisi lokal yang dipandang layak dan masih memiliki kesesuaian dengan inti dari pesan-pesan kandungan utama Islam, seperti penghargaan dan pembelaan tergadap kaum lemah - Mustad’afien -, tata - sosial, atau segala sesuatu yang dapat menghantarkan umat manusia menuju gerbang kesejahteraan dunia dan akhirat. Kesemangatan sejarah tersebut bisa kita kaji dari mulai awal kiprah Islam di Makkah Al-Mukaromah sendiri, dengan tampuk penyebaran amanat langsung dari Baginda Nabi SAW, Islam bukanlah mesin pemberangas cultural local, justru Islam lebih bersifat sebagai control kultural sehingga mampu menyisipkan pesan-pesan kesempurnaan Islam dalam jantung kebudayaan local – jahiliyah – pada saat itu.
Pernikahan Islam dan Kebudayaan Nusantara
Kepercayaan Pagan, Hindu, Budha dan Islam secara dialektik telah menjadi tata nilai yang berjalan di kawasan Asia Tenggara. Nilai-nilai tersebut, bahkan, kemudian mampu memberikan kontribusi dalam membentuk sistem pemerintahan dan varian keagamaan sendiri yang mencerminkan pergumulan antara budaya luar dengan budaya asli Nusantara.
Lebih-lebih ketika Islam datang ke Nusantara. Agama baru ini diterima sangat baik oleh penduduk setempat. Hal itu karena kearifan para ulama atau wali yang datang ke wilayah ini, yang sangat menghormati tradisi, adat istiadat, bahkan agama setempat. Islam dicoba diselaraskan dengan ajaran setempat, karena itu tidak sedikit tradisi yang kemudian dijadikan sarana penyiaran Islam.
Dengan cara itu mereka tidak terusik dengan datangnya agama baru (Islam) itu, mereka menerima dengan tangan terbuka. Apalagi agama Islam yang tidak mengenal strata sosial itu, dirasa sangat membebaskan mereka dari kungkungan kekastaan yang ketat, karena itu mereka turut membantu penyebarannya.
Nilai Raport Aswaja dalam Pembelajaran Sejarah
Metode penyentuhan dakwah Islam di atas adalah inti dari pemahaman Islam sebagai rahmatan lil alamien, Agama yang cerdas, sebagai Agama penggagas kesejahteraan manusia.
Pemaparan tentang perjalanan sejarah Islam dan metode dakwah di atas juga merupakan medan sinkronisasi dan medan uji faham ahlus sunah yang kita yakini, dan tak lain ini merupakan identitas murni Nahdliyin yang telah benar-benar komitmen dalam melestarikan kultural ubudiyah yang cerdas, seperti tahlil, marhabanan, manakiban dan lain-lain.
Namun semua hal tersebut sama sekali merupakan babak final dari hasil pengabdian NU terhadap sosio-kultural Indonesia, khususnya dalam bidang keagamaan, warga NU harus tetap sigap, peka, dan tetap kreatif mengingat adanya tantangan yang terus-menerus baik dari kalangan Islam radikal yang puritan maupun dari kalangan Islam liberal yang militan, maka eksistensi Islam Ahlussunnah wal Jamaah Nusantara ini perlu diperkuat. Hadirnya Islam Ahhlus sunnah wal Jamaah kita harapkan membawa pengaruh besar pada kehidupan bangsa di bumi Nusantara ini.
* Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Kempek - Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar