Selasa, 06 Juli 2010

BAROKAH

Meskipun menurut sebagian kalangan barokah atau berkah  bersifat misteri dan tidak masuk akal, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa barokah bisa dibahas secara Ilmiah pada Dirasah Ilmiah Al-Ghadier yang memang mengemban misi Difa’an li Ahlis Sunnah wal Jama’mah (pembelaan terhadap faham-faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dimana barokah juga terdivisi di dalamnya.
Dari prolog simple di atas, keadaan berlanjut menjadi memanas dengan munculnya dua kubu madzhab yang saling bertolak belakang yaitu kubu Taqdimul áqli ‘ala an-Naqli (memprioritaskan nalaritas daripada nash) yang kemudian berperan antagonis (anti barokah) dan kubu Taqdimun naqli ála al-‘Aqli (memprioritskan nash daripada nalaritas) yang kemudian berperan protagonis (pendukung barokah).
Sebelum membahas konflik dua kubu tersebut, perlu untuk diketahui terlebih dahulu substansi normatif bahwa barokah menurut seluruh Mu’ajim Lughawiyah (kamus-kamus berbahasa Arab) menyingkapkan makna etimologi barokah dengan arti An-Nama’ waz Ziyadah : pertumbuhan dan pertambahan.
Untuk explorasi secara istilah, sebagian ulama mendefinisikan barokah sebagai
سرية الهية قوة إجابية
yaitu kekuatan positif yang bersifat rahasia tuhan. Hasil atau sababiyah dari kekuatan positif ini diklasifikasikan dalam beberapa fungsi :
  1. Allah merealisasikan impian hamba-hamba-Nya يحقق الله امل عباده  
  2. Terbukanya kunci-kunci pintu kebaikan  يفتح بها مغالق الخير له
  3. Menolak keburukan   يدفع بها سوء عن عباده
Media untuk mengambil keberkahan biasanya adalah Atsar (bekas/peninggalan), Amkinah (tempat-tempat) dan Asykhosh (perorangan) dimana Atsar dan Amkinah akan kembali lagi pada Aksykhosh yang berpotensi sesuai dengan tingkat kesalihan dan amal qurbahnya kepada Allah.  Adapun usaha untuk mencari keberkahan disebut dengan Tabarruk.
Bentuk-bentuk tabaruk beranekaragam, diantaranya anggota seluruh badan Rasulullah Saw dijadikan sebagai sarana tabarruk seperti contoh rambut beliau yang digunakan oleh Ummu Salamah untuk media penyembuhan, kejadian serupa ditemukan di Syiria tepatnya ada Jam’iyah Umawi yang menggelar tabarrukan dengan mencium rambut Rasulullah Saw pada malam terakhir bulan Ramadan setelah shalat tarawih di Masjid Umawiyah.
Suatu saat Nabi Saw sedang Qailulah (tidur siang), Ummi Sulaim (ibunya Anas bin Malik) mengumpulkan keringat beliau yang bercucuran ditengah tidurnya dan menyimpannya di botol. Tujuannya mengharapkan keberkahan dari keringat Rsaulullah untuk anak-anaknya. Pada saat perang Khoibar sayidina  Ali ra yang dicari-cari Rasulullah untuk menjadi pemimpin ternyata sedang mengidap sakit mata, kemudian Nabi Saw meludahi mata Ali ra lalu menjadi sembuh. Itulah sekelumit maziyah (kelebihan) Nabi Saw yang diambil keberkahannya dimana masih banyak lagi hadits-hadits yang menceritakan tentang tabarruk dengan beliau.
Kembali pada konflik yang terpampang diatas, kubu yang kontra terhadap barokah memandang barokah adalah suatu hal yang irasional atau tidak masuk akal dan kalaupun ada kejadian yang diluar kalkulasi akal normal maka itu hanya ada pada diri Nabi Saw yang kemudian disebut dengan mu’jizat dan selain itu tidak boleh diqiyaskan padanya.
Untuk menangkal serangan ini, kubu pro barokah menyikapinya dengan mengingat kembali pada makna tabarruk yaitu إلتماس البركة بما جعله الله مباركا   : Mencari keberkahan pada perkara-perkara yang dijadikan Allah sebagai mubarok atau yang diberkahi. Maka jalas sekali dari ta’rif  ini bahwa perkara-perkara yang diberkahi Allah bisa kita ambil keberkahannya dengan tidak melanggar ketentuan syariat islam dan tanpa menafikan i’tiqad bahwa Allah-lah Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya. 
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maha Suci (Maha Barokah) Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Di samping Allah SWT merupakan sumber barokah, perkara-perkara yang jadikan berkah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an dan Al-Qur’an sendiri juga termasuk yang diberkahi oleh Allah.
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al-Qur’an ini adalah kitab barokah (yang diberkati) yang Kami turunkan, maka ikutilah (ajaran)nya, dan bertaqwalah agar kamu disayangi (oleh Allah) (Al-An’ am ayat 155).
a. Barokah kepada Tempat : (QS. Ali Imron ayat 96).
b. Barokah kepada Manusia  : (QS. Maryam ayat 31)
c. Barokah kepada Keluarga : Dalam surat Al-Mu’minun ayat 29, Allah SWT mengajarkan doa, bagaimana memohon agar barokah dianugerahkan kepada keluarga / rumah tangga:
Dan berdo’alah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada rumah yang dianugerahi barokah, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.
d. Barokah kepada Waktu : (QS. An-Nur ayat 35).     
e. Barokah kepada Air : (QS. Qof ayat 9)   
f. Barokah kepada Rizki : Rasul SAW mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berdoa, memohon kepada Allah SWT agar diberi rizki yang barokah. “Allahhuma barik lana fi ma razaqtana waqina ‘adzaban naar” : Ya Allah, berkahilah kami dalam rizki yang telah Engkau berikan pada kami dan jagalah diri kami dari api neraka.
g. Barokah dalam Kehidupan : (QS AI-A’rof ayat 96)
Serta dengan melihat pada seluruh kitab-kitab Mu’tabarah atau Turats diawali dengan Basmalah yang dikaji oleh para kalangan pondok pesantren karena diterangkan bahwa setiap perkara yang punya nilai plus tidak diawali dengan Basmalah maka tidak punya barokah.
كل أمر ذى بال لايبتدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع
 Ini juga berperan dalam penguatan barokah sebagai sesuatu yang sangat dipegang oleh para Salafuna As-Shalih dan para kiayi dan para santri.
Dari ayat-ayat tadi telah jelas bahwa barokah itu ada, dan tidak hanya tertentu ada pada diri Nabi Saw. Tempat, waktu, rizki, kehidupan, keluarga, manusia  dan air bisa dijadikan sarana tabarruk.  Adapaun bertabaruk dengan benda-benda yang tidak disebutkan dalam Al-Qurán, maka tinjauannya adalah dengan mengingat kembali media tabarruk asykhosh yang memilki benda tersebut apakah ia tergolong orang shalih dan bagaimanakah amal qurbahnya dengan Allah dari segi syariat islam sebagai barometernya. Ya atau tidaknya tentu anda sudah bisa menilai.
Untuk serangan yang kedua dari kubu kontra barokah ialah kalau barokah itu baik, maka generasi pertama setelah wafatnya Rasulullah Saw lah yang paling pantas untuk ditabarruki. Mengapa  sekarang bertabaruk pada para ulama dan kiayi (bukan para sahabat) ?
Jawaban  dari pernyataan mereka ialah dengan melihat sebuah contoh kejadian dimana ditemukannya bertabarruk dengan sahabat Rasulullah Saw yakni Abu Hurairah yang meminta pada sahabat Hasan untuk membuka bagian tubuhnya yang sering dicium oleh Rasulullah SAW, lalu Abu Hurairah bertabaruk dengan mencium ‘surrah’ atau pusar sahabat Hasan yang sering dicium Rasulullah Saw.
Sebenarnya  untuk menjawab persoalan ini cukup mudah. Logikanya kalau tempat, waktu dan air bisa dijadikan sarana tabarruk seperti dikutip diatas, lalu mengapa tidak dengan para ulama dan kiai yang shalih, toh mereka adalah pewaris para Nabi. 
العلماء ورثة الأنبياء
Sungguh bagaimana halnya orang yang tidak percaya barokah padahal jelas sudah kalau Al-Qur’an banyak menjelaskan soal barokah. Tapi harus diingat baik-baik jangan sampai kita terbujuk rayu syetan yang meyerukan untuk menjadikan selain Allah sebagai tuhan dan jangan sampai kita menjadi budak syetan.  Sesungguhnya semua ini hanya sebatas wasilah/perantara, sedangkan manusia boleh punya asa  dan usaha tapi Allah lah yang Maha Kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar